Wednesday, January 25, 2012

Green Canyon Body Rafting

Selama ini taunya white water rafting doank kan, naek perahu karet mah biasa, di sungai cijulang, Pangandaran kita bisa green water body rafting yang merupakan sungai yang sama dengan green canyon. Apa itu body rafting?Dengan modal pelampung dan pelindung kepala dan kaki, kita mengarungi jeram jeram di sungai dipandu oleh guide yang berpengalaman. Jadilah saya dan teman-teman berangkat ke Pangandaran untuk mencoba hal baru ini.

Waktu menunjukkan pukul 10 malam dan saya masih berada di pizza hut untuk bekal perjalanan, sedangkan rombongan mobil lain sudah menunggu kami di KM 19, jadilah kami terlambat hampir 1 jam lebih dari jadwal berangkat. Dari Jakarta kami bermobil ke arah tol Cipularang, sampai tolnya habis, lalu ke arah Tasik dan Ciamis, Banjar, Banjarsari, Pangandaran dan Batu Karas. Total hampir 9 jam perjalanan kami tempuh, jalan pun tidak bisa dibilang mulus, banyak gelombang dan juga lubang yang dalam. Saat kami tiba langsung ke pos dermaga Green Canyon, setelah menikmati sarapan kami langsung ditawarkan untuk body rafting oleh salah satu operator disitu, Kisunda Adventure namanya. Orangnya ramah dan akhirnya kami dikasih harga diskon untuk 11 orang padahal kami hanya ber-9. Yeah, adrenalin mulai berpacu, eh ini karena kurang tidur. Tanpa pikir panjang kami pun sudah terlelap tidur sebelum kami akhirnya mengarungi sungai cijulang.

Kami cukup beruntung memutuskan untuk body rafting, karena sebelum kami berangkat ada sekitar 10 bis pariwisata yang masuk kawasan parkir untuk menuju Green Canyon. Tempat sekecil itu dan orang seramai itu, jadi pepes iya disana. Mobil bak pun mengantar kami ke sebuah bukit antah berantah, kalau kami diturunkan dan diambil ginjalnya lalu dibuang pun saya rasa tidak ada yang tahu. Okey 30 menit pantat berguncang di pinggir mobil bak ga enak banget, kami pun ga mendengar suara deru sungai, dan kami berhenti, tidak ada apa-apa, kami turun dari mobil dan merapikan peralatan lalu foto-foto sebelum trekking menuruni lembah. Dari kejauhan terlihat hijaunya sungai Cijulang, dikelilingi hutan yang masih asri, dan juga batu batu seperti karang di pantai. Nikmatilah oksigen yang berlimpah ini selagi disini. Tiba di pinggir sungai pun kami mulai mencelupkan jari kaki ke air dan ternyata dingin banget, damn..di parkiran guidenya bilang 3 jam perjalanan, tapi disini bilangnya 5 jam perjalanan. Hmmm ok mungkin hanya rebahan dan ngelosor di sungai ga cape lah ya..kami pun mulai membentuk formasi kereta keretaan di air dan mulai menikmati jeram pelan di sungai yang sangat indah itu.

Tidak sampai 5 menit kami mulai menghadapi jeram pertama yang cukup deras namun masih cupu, kami dilepas satu satu untuk meluncur mengikuti jeram, mengapung dan menikmati hijaunya sungai dan indahnya tebing yang menjulang tinggi. Awalnya cukup menyenangkan karena rutenya masih santai, sampai tiba pada sebuah jeram yang cukup deras, saya diarahkan ke arah jeram, terlentang, tangan di dada dan didorong dengan kencang, arus pun mulai membawa badan saya, cepat sekali sampai tiba-tiba ada batu di depan saya, refleks saya menendang batu itu, jadilah saya berputar dan kepala di belakang saya tidak bisa melihat ke depan, panik mulai menghampiri, saya mulai menendang-nendang air dan mencoba berbalik dan di depan saya sudah ada guide yang akhirnya melempar seutas tali dan menarik saya ke pinggir, sebagai bonus pantat saya terpentok sebuah batu yang lumayan tajam, dan sebuah batu menggores pergelangan tangan saya. Cukup seru dan membahayakan, perjalanan pun kami lanjutkan dengan jalan kaki untuk menyebrangi sebuah jeram yang cukup deras dan berbahaya, kami mengambil jalan memutar ke samping sungai dan memeraktekan sedikit wall climbing disini. Dan ternyata di ujung tebing tidak ada jalanan turun ke sungai, kami harus lompat ke dalam jeram dan langsung menuju tepian sungai di seberang tebing. Wah tinggi tebing lumayan tinggi, sekitar 5 meter, di bawah arus kencang, ah sebodo amat saya pun loncat menuju jeram dan air pun mulai memasuki mulut dan juga hidung saya, saya buru-buru berenang ke permukaan dan mengambil napas, arus pun masih membawa saya ke seberang sungai dan mulai melambat, sampai pada akhirnya saya bisa konsen untuk membuang air yang terminum, ok air hijau dari cijulang, rasanya seperti sungai pada umumnya, hoek..

Setelah itu kami pun istirahat di sebuah batuan di pinggir sungai yang cukup indah mengarah ke sebuah tebing yang cukup tinggi dan menghadap sebuah air terjun kecil mungkin 2 meter, kesana lah kami akan mengarungi sungai selanjutnya. Ah percuma takut, perut sudah mulai bergejolak dan waktu kami habiskan dengan santai dan makan snack dan minum air bersih, dan foto foto pastinya.

Tidak terduga kami pun sudah hampir menuju garis finish, kami mengarungi beberapa jeram ekstrim, dan membuat tangan, kaki, dan juga pantat memar karena batu yang muncul ke permukaan. Sampai pada akhirnya kami tiba di sebuah tempat dimana tebing tebing menjulang tinggi dan dipenuhi dengan lumut lumut hijau, air bercucuran dari puncak tebing membentuk air terjun mini, deru sungai yang menderu hebatnya, inilah green canyon seutuhnya sebelum ribuan turis datang setiap harinya. Sungguh berat perjalanan ini tapi sangat seru, pemandangan yang indah tidak terkira, air hijau yang bersih dan sejuk, jeram jeram yang memacu adrenalin.

Sungguh suatu pengalaman yang cukup sekali seumur hidup. Sesampainya di finish (green canyon biasa) kami pun naik kapal menuju dermaga dan sesampainya di base camp Cisunda Adeventure, kami langsung disajikan makanan sunda yang nikmat dan sebuah kelapa muda segar. Nice people and nice trip. Kami pun akhirnya menuju Batu Karas tempat kami akan menginap malam ini, Vila monyet namanya. Dimiliki oleh pasangan Australia yang sudah bertahun-tahun tinggal disini dan jatuh cinta dengan ombak batu karas. Bangunan kayu dan dipenuhi oleh tanaman tanaman, dan deru ombak laut dari seberang vila yang sungguh menyejukkan, ini pantai bung. Tidak lama kemudian semua pun terlelap tidur karena capai.

Tidak lengkap rasanya ke pantai tanpa makan Sea Food, kami pun menuju pantai utama di batu karas, dan segera dan menuju restoran Kang Ayi yang pernah kami kunjungi sekitar 3 tahun yang lalu. Namun rasanya masih terngiang di kepala. Tidak banyak pikir semua pun kami pesan, KALAP judulnya.

Malam pun terasa sangat cepat karena jam 9 malam pun semua sudah anteng di tempat tidur masing-masing. Pagi pun tiba dan matahari tidak menyapa pagi, hanya awan yang putih. Jam 10 kami pun berangkat ke sebuah pantai di belakang pantai utama batu karas, masih terisolasi kami pun harus jalan sekitar 15 menit untuk mencapai pantai. Sesuai harapan pantai ini pun masih sepi, tidak seperti di batu karas yang sudah terlalu ramai.

Pantai ini sangat indah, ombaknya yang besar, tebing-tebing yang mengelilingi pantai, bahkan beberapa digunakan untuk panjat tebing. Santai-santai, waktu pun terus berlalu, kami harus beranjak pulang. Masih ada 9 jam perjalanan. Yang akhirnya bertambah menjadi 12 jam, karena macet di sepanjang jalan. Ok sampai jumpa batu karas di waktu yang lain. Kini waktunya perbudakan di kota Jakarta.
-jeffri nurhalim-