Wednesday, September 28, 2011

Surga itu bernama (Alor) bagian 2

Ga nyangka bangun-bangun udah pagi (sebenernya ga sabar ceritain diving sih), jadilah kami sarapan dengan cepat dan lari larian ke kapal untuk bersiap-siap dengan diving pertama kami. Dimana diving kita pertama, guide kami belum tau..whew. “we don’t know yet, we will see the current and we choose along teh way” artinya apaan tuh yak? jadilah diving kami pertama di lokasi sloop dan juga wall. BCD, regulator, wetsuit, camera dan lainnya terpasang, byur..mari menyelami Alor. Pertama kami sedikit tidak nyaman dengan dingin yang luar biasa, 22 derajat, wetsuit 3mm tembusss..kami baru memerhatikan bule yang sudah terbiasa dengan salju saja memakai 5mm bahkan ada yang menggunakan wetsuit 3mm dilapis 2. Whew ok kita orang Indonesia yang sudah terbiasa dingin, kami pun segera mengalihkan perhatian ke lautan Alor ini. Kami terkejut, saya masih bisa melihat group diving sebelum kami yang sudah sangat jauh. Visibility sangat sangat bersih, saya melihat sekeliling penuh dengan karang lunak yang memenuhi dasar lautan ini, ikan berwarna warni, ribuan. Eh ralat bukan dasar lautan namun tebing laut ini, karena dive pertama kami adalah dive tebing (wall diving). Dasar lautan tidak dapat terlihat, hanya biru dan biru. Banyak sekali kami menemukan Nudi Branch, berbagai macam jenis udang dan juga kepiting. Ratusan jenis ikan kecil yang berwarna warni, beberapa murray eel (belut). Tidak terasa tekanan udara tabung kami tinggal 50 bar, tandanya kami harus segera naik dan melakukan safety stop agar tidak terkena Decompression Sickness , salah satu akbiat negatif jika tidak mengikuti prosedur diving yang baik. Kandungan nitrogen masih banyak di dalam darah, yang tidak dapat larut dalam darah sehingga dapat menimbulkan sendi-sendi tubuh yang bermasalah. Takut? Oh tentu tidak masalah, peraturan simple, naik ke permukaan dengan santai, dan juga melakukan stop di kedalaman 6 meter selama 3 menit. Gunanya apa?hmmm that’s the rule :).

Dive kedua pun tidak kalah indahnya, kali ini kami diving di sloop yang sangat luas dan juga berwarna warni, sesekali kami menemukan ikan grouper yang bergerombol, beberapa jenis nudibranch yang belum pernah saya lihat di tempat lain, lion fish, scorpion fish dan banyak lagi. Akhirnya kami pun buru-buru untuk menyelesaikan diving ini, karena sangat dingin. Buru-buru krew kapal menyiapkan teh hangat dan juga coklat, they are very nice :)

Malamnya kami pun memutuskan untuk diving malam, meskipun kepala saya agak berat karena diving kedua tadi yang kedinginan, mungkin saya masuk angin. Saya pikir, ah kapan lagi diving malam. Saya pun nekat untuk turun. 10 menit pertama saya baru bertemu dengan seekor cumi-cumi yang warnanya sangat bagus, hijau kuning merah berkombinasi. Entah kenapa kombinasi warna hewan yang alamiah tidak pernah norak :). Eh tiba-tiba saya kesulitan untuk fokus, perut pun mulai mual, jadilah saya ingin muntah. Saya pun segera mengasih kode untuk naik ke permukaan karena sangat merasa tidak fit. Jadilah saya diantar oleh guide dan jadilah saya menghabiskan malam itu tidur di kapal menikmati ribuan bintang di langit sambil menyesal karena tidak bisa melanjutkan diving. Dan benar saja, istri saya yang baru naik sangat senang karena diving malam di Alor memang sangat menakjubkan. Beberapa binatang malam yang muncul hanya malam hari pun beraktivitas, seperti Rhinophias, Spanish dancer, Bob Tail Squid, Star Gazer, bermacam-macam Nemo, dan juga Nudi Branch serta kepiting.

Hari kedua kami diving benar-benar sangat mengejutkan, kami turun di salah satu spot yang sangat berarus, kami pun melakukan drift diving, yak mari ngedrift. Arus yang lumayan kencang membawa badan kami menyusuri surga dunia, begitu kalau saya bilang. Ini diving terbaik saya, semua pemandangan yang kami lihat seperti mimpi, karang yang sangat padat dan berwarna, visibility yang sangat cerah, arus yang menyenangkan, ribuan ikan mencari makan plankton yang terbawa arus, berbagai mahluk laut yang melengkapi indahnya drift kami kali ini. Beberapa bukit karang yang dipenuhi ikan, sekelabat bayang ikan di bawah lautan sana, sinar matahari yang menyinari permukaan, seperti ada bayangan kapal kami. Sungguh pemandangan bawah laut yang sangat indah. Kejutan hari ini pun tidak cepat berakhir, pada saat perjalanan pulang kami bertemu dengan rombongan lumba-lumba yang sedang bermain di lautan. Dan tidak lama lagi kami melihat MOLA-MOLA, meskipun dari permukaan, namun ada 3 ekor yang datang melewati perahu kami. Wow, sungguh sehat ekosistem di Alor ini. Sebuah pulau terpencil di timur Indonesia.

Setelah kami mengarah kembali ke pulau, kami menerima kejutan lagi (kejutan mulu, bosen), orang-orang sedang ramai berkumpul di tepi pantai Alor, seberang pulau Kepa. Ada apa?kami pun terheran-heran dan segera turun ke pulau Kepa dan segera menarik guide diving yang berasal dari Alor untuk mengantar kami jalan-jalan dengan perahu kecil. Ternyata pada saat saat tertentu di Alor ini datang arus selatan yang sangat dingin, membuat air menjadi sektiar 10 derajat celcius, membuat ikan-ikan menjadi mati suri. Inilah rejeki bagi para lumba-lumba yang berdatangan mencari makan, serta bagi penduduk sekitar, mereka menangkap ikan dengan jala tapi ada yang kuat berenang. Gila yah, bayangin deh berenang di aer es, atau mandi di base camp Annapurna Himalaya. Namun kejadian seperti ini tidak datang dua kali, mereka pun menjadikan hal ini untuk bermain bersama-sama, lautan ini serasa kolam renang, penuh dengan canda tawa. Manusia dan alam sangat berhubungan dengan erat, manusia di Alor sangat menghargai alamnya, tidak ada lagi pemboman ikan, sampah di laut, dan mereka menghormati laut. Sebaliknya alam memberikan mereka kehidupan, dan juga kedamaian di surga dunia terpencil ini. Yak inilah (Alor)

Dan akhirnya tiba waktu kami untuk kembali ke kehidupan kota Jakarta, mencari penghidupan. Alor mengajarkan kami bahwa kedamaian hati, tidak dapat dicari di kota besar, gadget canggih, ataupun minuman alkohol. Yah semua punya pilihan masing-masing, bagi kami mencicipi surga (surga) lainnya di pelosok dunia membuat kami lebih dewasa dan bahagia :)

Pulang..


Surga itu bernama (Alor) bagian 1

45 menit penerbangan bukan sebuah waktu yang lama, namun pemandangan lautan yang dikelilingi dengan bukit dan juga berwarna hijau tosca sangat menghibur hati. Bandara Mali, Alor bukan lah bandara indah seperti di Sultan Hasanuddin Makassar, bukan juga bandara tua Ngurah Rai di Bali, namun hanya sebuah gedung yang mungkin hanya seluas 1 ruang tunggu di bandara tersebut. Penerbangan sekali hanya 2 kali, itupun hanya dengan pesawat baling - baling. Yah mungkin tidak banyak yang tahu mengenai Alor, masyarakat di sini pun bisa dibilang sedikit tertinggal maklum daerah timur.


Kami beranjak dari bandara dengan sebuah mobil carteran menuju ke Alor kecil sebuah desa di ujung pulau Alor ini. Polisi pun jarang kami temui, namun pengendara motor maupun mobil disini cukup teratur jika dibandingkan dengan Jakarta kita. Meskipun helm dan juga lampu bervariasi gemerlap tapi "who cares?"

Tujuan kami kali ini adalah Pulau Kepa yang kecil atau "La Petite Kepa" dalam bahasa Perancis. Sebuah resort diving di Pulau Kepa. Kami pun sampai di Alor kecil yang merupakan tempat transit menyebrang pulau yang hanya berjarak 10 menit berenang, mau berenang?monggo,,,,


Suasana pelabuhan kecil ini menjadi tempat parkir sembarangan, koq bisa?yang parkir ini adalah perahu nelayan yang tertambat dimana-mana. Perahu besar?ketinting kecil seperti di Lovina (sedikit sotoi, ga pernah ke lovina saya :P). Bocah-bocah kecil disana pun saya bully untuk loncat akrobatik ke laut yang sangat menggiurkan, click, pret, click, pret..ucapan terima kasih saya adalah sebungkus biskuit supaya mereka menjadi kuat :). Ketinting yang mengantar kami hanya muat 2 orang dan sedikit barang, jadilah kami mengantri dengan sabar, toh mengantri adalah cermin orang berbudaya :D.

Laut disini sangat hijau dan bersih, namun kami sudah biasa dengan laut seperti itu (gregetan pengen terjun padahal). Sesampainya di resort kami sudah senang karena suasana disini sangat sepi dan tidak ada orang, yeah this is gonna be a private resort. Namun ternyata semua tamu yang ada sedang diving, berapa orang?yak 15 orang saja. Kami pun segera melakukan aktivitas wajib setiba di resort ini, tiduran di hammock memandangi langit biru dan juga laut yang indah.

Wah bangun-bangun kami sudah disiapkan makan siang, menu siang ini ikan bakar, dan juga sayur nangka (sebenernya saya si lupa, tapi ngasal gapapa lah ya). Setelah makan pun kami akhirnya bertemu dengan rombongan diving, mereka baru bertemu mola-mola dan juga hiu wobegong, juancukkkkk kabeh..telat sehari saya. Ok mari berharap laut Alor penuh kejutan untuk kami besok. Yak ternyata memang Alor penuh kejutan, kami tidak bisa diving di esok hari, karena hari raya Lebaran, kami benar-benar lupa. Jadilah kami bermain di pantai, ngomong-ngomong pantai ini berada sekitar 5 menit dari resort, pasir putih agak kemerah-merahan, laut bening berwarna hijau tosca gradasi biru banget, langit berkarakter dan juga pohon kelapa yang teduh. Bagus? whew, saya ga pernah ngeliat laut sebagus ini di hidup saya yang masih muda ini. Bunaken, Togean, Lembeh, Pulau seribu, Ujung kulon, Ko Phi-phi, Krabi, Baron, Drini, Sempu, Kuta, Dreamland, Gili, Senggigi, Losari, kira-kira itu semua pantai pernah saya datengin tapi ga ada apa apanya ama Alor.

Bener aja, baru mau turun snorkeling di sekitaran pantai, masih cetek sebetis saya udah ngeliat hiu black tip masih bayi berkeliaran 6 ekor, lagi cak benteng mereka, mondar mandir kejar-kejaran. Jadilah sejam saya cuma melihat hiu yang mondar-mandir. Sungguh menyenangkan, hiu itu binatang yang sangat lucu dan patut dilestarikan. Jika ada restoran jualan hiu untuk menu mereka, anda harus melakukan ini, ngomong ke managernya bahwa hiu itu binatang langka dan tidak sepatutnya dijual di restoran.kalau perlu marah-marah dan melaporkan restoran itu ke orang tua anda (kaya ngaruh ya), tapi di internet ada petisi online yang di organisir oleh para diver dan juga pecinta lingkungan untuk memproses perlakuan menyimpang terhadap hiu kepada yang berwenang di negeri ini. Hiu itu binatang yang termasuk langka! ! Jadi stop pembunuhan hiu.


Bosan dengan melihat hiu kami pun kembali ke habitat kami, Hammock..hehe, penulis cerita ini sungguh pemalas. Mari tidur siang.(bersambung....)

Monday, September 19, 2011

School of Life part 22 : A chat with a monk

5000m asl, Zero degrees celcius, just a robe and shoesless..

me : is it cold monk?
monk : don't worry about me, i have been practiced to be in this situation..your body is cold, but your mind is not.


me : how come?
monk : life is just temporary, everything is not real..you just have to find peace, in beautiful and peaceful place like this is easier, but it is not permanent. It is in your mind.
me : (try to understand..)

Monday, September 5, 2011

Pesona Kupang, Timor barat.

Beta so mau pigi deng pesawat, hmmm begitulah kira-kira percakapan yang saya dengar pada saat menunggu bagasi. Logat yang tidak biasa dan sangat aneh untuk di dengar. Di bandara ini semua masih sangat sederhana, belt bagasi hanya ada 2 line, dan 1 line saya rasa sudah rusak. Cat yang sudah mulai kusam, dan bangunan yang juga sudah tua. Beberapa tahun lalu bandara ini melayani penerbangan internasional dari Australia, namun setelah beberapa tahun belakangan penerbangannya dihapus. Mungkin karena Timor Timur sudah merdeka dan penerbangan mereka alihkan kesana. Yak kota yang saya bicarakan adalah Kupang. Sebuah kota yang jarang terdengar dan jarang menjadi tujuan wisata. Kami pun tidak merencanakan apa-apa di kota ini, hanya menunggu pesawat esok hari menuju salah satu surga diving di Indonesia.

Taksi menuju kota Kupang dari bandara El Tari menggunakan rate fix yaitu 60k, cukup terorganisir oleh koperasi setempat. Tujuan kami adalah Lavalon B & B, terletak di jalan Sumatra, hanya ini tempat menginap murah yang kami dapat infonya dari internet. Dengan 55k sudah dapat menginap di kamar basic dan bersih :). Keuntungan menginap di hotel murah dan favorit turis-turis bule adalah informasi wisata yang lengkap. Jadilah kami bertemu dengan guide dan mulai berbicara tentang tempat wisata yang sangat menarik di Kupang. Yang sebelumnya belum pernah tau dan dengar. Hmmm..mari siap siap kamera, sunglasses, mari..


Tujuan pertama, kami dibawa ke padang rumput yang gersang, panas terik pun sangat menyengat kulit. Dan mobil pun berhenti di tengah-tengah padang rumput, kami sempat ragu dan berpikir "aduh guidenya lagi gitting ga yah", kami pun mulai berjalan dan benar saja nyasar dan kami kembali lagi ke arah mobil dan mencoba jalan lain. Dan di tengah-tengah padang tersebut pun ada timbunan batu dan ternyata ada goa yang sangat gelap. Kami pun mulai menuruni goa tersebut dengan rasa cemas, masih beruntung kami membawa satu senter. Perlahan-perlahan kami mulai mendapatkan cahaya dari lubang pintu masuk, dan di bawah mulai terlihat pantulan air berwarna biru dan ternyata sangat jernih. Kami pun langsung tenang dan sangat terpana melihat air tersebut. Bening dan Biru..seperti di tipi tipi..Bahkan bisa berenang di dalam kolam alami tersebut.


Setelah bermain-main dan menikmati indahnya goa tersebut, kami pun kembali untuk mengunjungi air terjun Oenesu, sebuah air terjun di kupang yang juga tidak pernah kedengaran suaranya, padahal air terjun ini jauh lebih bagus dibandingkan dengan air terjun yang ada di Thailand sewaktu saya trekking di Chiang Mai, maupun air terjun Cibereum Cibodas, maupun Cikaso Ujung Genteng. Air terjun ini tingkat 3, dengan pemandangan hutan hujan tropis yang sangat lebat dan subur. Suara deburan air yang terus menderu, cipratan air yang membuat sejuk dan air yang sejuk membuat kami terus bermain air disini. Air terjun ini pun menjadi lokasi untuk uji nyali, kolam yang lumayan dalam membuat kami bisa lompat dari tangga ke-2, kira-kira setinggi 15 meter, lompat ga yah, kayanya seru..lompat aja deh..byurrrrr..Seru sangat bermain di air terjun ini.


Setelah puas dikejutkan dengan keindahan Kupang, kami pun melanjutkan perjalanan ke Pantai Tablolong yang sangat luas dan bersih, tempat ini menjadi salah satu pengembangan rumput laut terbesar di Kupang. Pantai yang cukup populer untuk penduduk kupang menghabiskan akhir minggu bersama keluarga bermain dan berenang di laut.

Kami pun menutup hari dengan makan malam di pasar malam. Sebuah penutup yang manis untuk malam terakhir di Kupang. :)

Tibet kecil di negeri seberang..

Selembar surat aplikasi visa, foto 4x6, dan juga tiket pesawat pulang sudah di tangan, berangkatlah kami menuju kedutaan India di Kathmandu. Yang akhirnya ditolaklah permohonan kami pada saat itu. Kami diharuskan untuk mengajukan form telex, yang ditujukan ke kedutaan India di Indonesia untuk memastikan kami bukan teroris atau kriminal internasional. Jadilah kami menunggu seminggu lagi di Nepal hanya untuk selembar visa.

Tepat sebulan lalu kami mengunjungi India hanya untuk transit untuk menuju Nepal, kesan pertama begitu jelek, kami mengalami berbagai pengalaman buruk. Hotel yang kami booking jauh hari sangat kotor dan tidak sesuai dengan di internet, garasi saya jauh lebih bersih. Saya bertemu dengan orang-orang yang bersikap baik dan malah kami dipaksa untuk membeli sesuatu atau diantar ke travel agen yang memberi harga selangit. Saya pun juga trauma dengan kotornya terminal maupun stasiun, maupun pasarnya, hati pun sangat bahagia dan semakin cinta Negeri sendiri karena pasar tradisional kita ternyata jauh lebih bersih. Meskipun kami sudah berhati-hati, akhirnya kami pun tertipu oleh agen, karena kami memburu waktu untuk sampai di Nepal secepatnya. Jadilah kami membeli tiket yang kami pikir itu harga normal, karena puluhan agen yang kami datangi memberi harga yang sama, setelah naik bis dan terkejut dengan bobroknya bis itu, kami pun bertemu dengan turis perancis dan ngobrol panjang lebar. Barulah kami tau kalau puluhan agen itu kompak dalam hal menipu, kami dapat harga hampir 10x lipat untuk sebuah “deluxe” bus yang lebih baik metro mini kita. Dan hebatnya dalam bis kami merasa di kebun karena nyamuk dengan gencarnya memangsa, setidaknya sepuluh bentol menemani beberapa hari ke depan. Kami pun kesal setengah mati dan mencaci maki penipu penipu jahanam itu.

Akhirnya setelah mendapat ketenangan di Nepal, kami pun ingin sekalian mengunjungi India karena ingin menghadiri “Dalai Lama Teaching” di Dharamsala, setelah mengumpulkan mental dan akhirnya visapun kelar, kami naek bis deluxe yang seadanya ke perbatasan Nepal. Selamat tinggal Nepal, Negeri yang penuh dengan damai, selamat datang India, negeri yang keras :P.

Kami berangkat dari Sunauli perbatasan Nepal dengan India, dan menuju Gorakhpur dan lanjut dengan kereta ke Delhi, perjalanan hampir 30 jam nonstop dengan kelas ekonomi. Versi termurah yang bisa di dapat untuk menuju Delhi, kami berdua hanya menghabiskan sekitar Rp 80 ribu untuk perjalanan tersebut hehe. Tiba di Delhi kami pun tidak mau berlama-lama, kami langsung memesan tiket bis dari dinas pariwisata yang resmi, kami sudah anti transaksi dengan agen, kalau tidak ditipu yah ditipu. Kota yang kami tuju McLeod Ganj Dharamsala, tempat tinggal dan tempat pengungsi ratusan ribu penduduk Tibet pasca kependudukan China. Pepatah yang cocok di india berani bertanya berani tersesat di jalan :)). Jadilah kami membeli buku panduan Lonely Planet, kali ini supaya rasa paranoid tidak terus muncul.

Esok harinya pun kami berangkat dari Connaught Place New Delhi menuju McLeod Ganj, kali ini bis mahal namun kualitas tidak mengecewakan, HPTDC memang sangat recommended. 10 jam kurang lebih kami tiba di daerah pegunungan Daulahar, Dharamsala. Kota yang menjadi salah satu favorit turis di India. Kota yang membuat anda merasa di Tibet. Kota ini terletak di antara gunung es dan juga lembah Dauladhar Range, pemandangan alam yang bagus dan juga udara yang sejuk menjadi pelengkap yang manis untuk menikmati damainya kota ini. Sebuah perfect escape dari kotornya Delhi.

Kami tiba di pagi hari dan setelah mencari beberapa guest house hampir semua full atau tersisa kamar yang di luar budget, kami hampir putus asa karena jalanan naik turun dengan beban 20kg di pundak, serasa naik gunung euy. Akhirnya kami menemukan sebuah guest house yang terletak di dalam gang kecil dan bernama Tibetan Ashoka Guest House, dengan harga 200 INR per malam dengan kamar mandi luar, serta selimut yang luar biasa halus dan hangat :P. Kekurangannya satu tidak ada air panas, kalau mandi kudu nunggu matahari ngeceng, kalo ngga ngeceng ya ga mandi deh.

Kalau boleh dibilang Dharamsala sebagai pusat kebudayaan Tibet yang paling besar di seluruh dunia, termasuk Tibet, beberapa praktek pengobatan tradisional Tibet pun ramai pengunjung manca negara, yang terpopuler adalah Men Tsee Kang, yang di pelopori salah satu dokter berpengalaman yang bertanggung jawab atas kesehatan Dalai Lama selama masih di Tibet. Bahkan bule dari Eropa pun datang kesini untuk berobat, wah sebegitu hebatnya kah?jamu ktia kalah ga yah..hehe. Selain pengobatan tradisional Tibet, banyak juga yang menawarkan pengobatan Ayurvedic khas India, yang pengobatannya semua herbal. Dari ribuan tanaman yang di daya gunakan untuk obat-obatan. Jika anda tidak sakit dan ingin belajar pengobatan Ayurvedic disini tempatnya, mulai dari pengantar hingga kelas advance berbulan-bulan.


Kami pun berkesempatan untuk nonton film dokumenter di museum Tibet disini, yang menceritakan sejarah kependudukan China, bagaimana kisah tragis yang menimpa masyarakat Tibet yang sangat mencintai perdamaian. Kisah sedih yang membuat semua orang bertanya kenapa PBB tidak turun tangan? Mengapa fakta yang beredar di publik hanya mengenai kontribusi positif China di Tibet? Semua masyarakat Tibet merasa takut tinggal di tanah mereka sendiri. Saya hanya bisa berdoa semoga Tibet bisa kembali menjadi negara yang damai.

McLeod ganj merupakan pusat untuk meditasi dan juga yoga, meskipun yoga “capital” itu ada di Rishikesh, India, Dharamsala juga menjadi salah satu populasi yogi terbesar di India. Hampir setiap guest house dan pusat kebudayaan menawarkan kursus Yoga dan juga Yoga rutin harian. Yoga merupakan salah satu dari enam ajaran dalam filsafat Hindu, yang menitikberatkan pada aktivitas meditasi atau bertapa di mana seseorang memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca inderanya dan tubuhnya secara keseluruhan. Katanya Yoga sangat bermanfaat bagi keseimbangan spiritual dan jasmani.

Setelah berhari-hari menikmati kuliner khas Tibet maupun manca negara di Dharamsala, kami pun akhirnya berkesempatan untuk menghadiri “public teaching” Dalai Lama, yang kali ini khusus ditujukan untuk siswa siswi Sekolah TCV School. Para pendatang non siswa diperbolehkan menunggu di luar gedung dan akan ada terjemahan pidato Dalai Lama dalam bahasa Inggris di radio. Bahkan salah satu dari calon Miss Tibet pun datang untuk menghadiri teaching ini. Dalai Lama ini adalah yang ke 14, bernama Tenzin Gyatso. Dalai Lama adalah pemimpin tertinggi di Tibet, yang merupakan reinkarnasi dari Dalai Lama sebelumnya. Masyarakat Tibet juga percaya Dalai Lama ini merupakan manifestasi dari “Bodhisattva of Compassion”. Dan memenangkan nobel perdamaian pada tahun 1989 untuk usahanya yang teguh untuk mendamaikan hati penduduk Tibet selama masa kependudukan China.

Kami pun menyiapkan alas duduk, radio, dan juga makanan minuman sambil mendengarkan ceramah Dalai Lama, topik kali ini adalah sejarah Tibetan Buddhism dan juga asal usul agama. Yang pada intinya sejarah Buddha di Tibet sangat panjang, dan juga mengapa cinta kasih sangat penting dalam penyebaran agama Buddha. Selama hampir 3 jam ceramah pun segera ditutup dan kami bergegas untuk ke depan pintu masuk untuk menyambut Dalai Lama yang akan keluar ruangan. Setelah Dalai Lama mulai berjalan keluar kami merasakan suasana yang tiba-tiba berubah drastis, suasana yang belum pernah kami rasakan sebelumnya. Baru pertama kali saya melihat orang yang penuh dengan aura kedamaian, mukanya sejuk dan terlihat sangat baik. Kami pun semua luluh dan mata berkaca-kaca teringat akan penderitaan yang telah dilaluinya dan masyarakat Tibet dalam menghadapi kekejaman penjajahan. Sungguh perasaan yang langka sekali saya rasakan, sebagai tokoh politik namun dia dapat memperjuangkan perdamaian bagi rakyatnya dan juga bagi seluruh dunia. Hal itu terasa saat menatap raut muka yang sudah mulai berkeriput.

Walau hanya melihat tidak sampai semenit, namun raut mukanya masih terbayang-bayang sampai sekarang, saya pun menyadari beberapa hal yang “essential” dalam hidup ini, kedamaian dan cinta kasih merupakan hal yang utama dalam hidup ini. Agama hanya membantu dalam mencapai hal itu, damai ada di dalam diri sendiri.

Cukup petualangan spiritualnya kami pun berlanjut untuk petualangan kuliner J. McLeod Ganj, beberapa restoran dan makanan yang patut dicoba di sini adalah :

  • Norling : Chicken Garlic dan Manchuriannya enak sekali, juga Manchow Soup
  • Jimmy Italian Kitchen, baked Potato dan wafflenya the best
  • Moonpeake Café White Chocolate layer cake disini super duper enak
  • Lung Ta, Restoran vegetarian Jepang yang yummy dan sehat
  • Café Ri, sebuah resto Korea dengan desain interior yang keren dan makanan yang enak
  • Gakyi Restoran, sebuah restoran Tibet yang menawarkan Momo, Tingmo dan lainnya
  • La Phing dan Noodle, snack asli Tibet dengan rasa yang pedas dan asin, banyak tersebar di pinggir jalan
  • Momo di pinggir jalan
  • Sebuah toko kue di depan kantor pos, yak cheese cakenya juara

Pokoknya semua makanan di McLeod Ganj tidak ada yang mengecewakan, kami 6 hari disana benar-benar tidak pernah kelaparan. Harga pun masih terjangkau mulai dari 10-40rb per porsi.

Jika ingin wisata alam pun anda bisa trekking 1-3 hari menikmati pemandangan gunung es yang merupakan pegunungan Himalaya, namun harus siap fisik, karena sehari bisa jalan 7 jam.

Dan tiba akhirnya untuk mengakhiri petualangan spiritual dan memanjakan perut di McLeod Ganj, dan tiba saatnya untuk kembali menikmati rusuhnya India. Here we go, and Srinagar we go.